Untuk Bulan Delapan
bukankah kita selalu membangun tiang awang-awang setiap bulan delapan
kemudian kita teriakkan kata-kata surga
diriuhrendahkan oleh angin yang menggoncangkan pohon kenyataan
bukankah sejenak seharusnya kita merenung menyadari bahwa tangan kaki kita terikat rantai kemiskinan, kapitalisme dan kebodohan, dan begitu banyak lagi kekang
dan masih saja kita bangga dengan kemenangan lomba membangun gapura dengan berwarna bendera dan umbul-umbul kebutaan
bukankah seharusnya kita mulai menyadari keadaan diri dan berjuang untuk menjadi bangsa yang mahardika, bukan hanya bangsa yang menjadi penonton dan berteriak seolah kita pemenang
bukankah seharusnya kitas sekarang merenung dan belajar
jepara bulan delapan tahun dua belas
No comments:
Post a Comment